Bukan Anak Kecil Lagi Menkeu Purbaya Tegaskan Indonesia Tak Butuh Uluran Tangan Asing

Bukan Anak Kecil Lagi Menkeu Purbaya Tegaskan Indonesia Tak Butuh Uluran Tangan Asing
KEBIJAKAN MENKEU PURBAYA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengingatkan bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang akan tunduk atau memohon kepada modal asing  Akurat Mengabarkan
Penulis
|
Editor
Bagikan:

KBBAceh.News | Jakarta – Langit Jakarta siang itu tampak mendung, namun suasana di ruang rapat Gedung DPD RI justru memanas oleh perdebatan dan pandangan tajam tentang arah perekonomian Indonesia.

Di tengah jajaran senator dan pejabat tinggi negara, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tampil dengan gaya khasnya: lugas, tegas, dan tanpa basa-basi.

Dengan suara mantap dan intonasi menekan, ia mengingatkan bahwa Indonesia bukanlah bangsa yang akan tunduk atau memohon kepada modal asing.

Negeri ini, katanya, membuka diri tapi bukan berarti bergantung.

“Apakah saya undang investasi asing? Ya, ngundang.

Tapi saya nggak akan memohon-mohon,” ujar Purbaya dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI bersama Menteri Keuangan, di kantor DPD RI, Jakarta, Senin (3/11/2025).

Investasi Asing: Mitra, Bukan Penyelamat

Di hadapan para anggota Dewan, Purbaya menjelaskan pandangan strategisnya terhadap investasi asing.

Menurutnya, modal dari luar negeri adalah peluang, bukan tongkat penopang.

Kehadiran investor asing harus dimanfaatkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, bukan menjadikan Indonesia sebagai pasar pasif yang hanya menerima.

“Asing itu masuk ke sini untuk manfaatkan kue pertumbuhan ekonomi.

Jadi tugas kita adalah menciptakan kue itu. Kalau kue-nya ada, mereka pasti datang, dan itu justru bisa kita manfaatkan untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat lagi,” ujarnya.

Bagi Purbaya, ekonomi kuat hanya lahir dari fondasi nasional yang kokoh, bukan dari ketergantungan terhadap investasi asing semata.

Selektif dan Berdaya: Bukan Semua Pintu Dibuka

Lebih jauh, Purbaya menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membuka lebar-lebar pintu bagi semua jenis investasi asing.

Seleksi tetap dilakukan dengan ketat dan rasional.

Yang diutamakan hanyalah sektor-sektor yang memberi nilai tambah tinggi bagi bangsa, terutama yang membawa transfer teknologi dan memperkuat kapasitas industri nasional.

“Kami akan selektif. Hanya sektor dengan nilai tambah tinggi yang kami buka untuk investasi,” tegasnya.

Meski urusan investasi bukan ranah langsung Kementerian Keuangan, ia mengingatkan bahwa Kemenkeu tetap memiliki peran vital.

Melalui kebijakan fiskal, tarif, dan pajak, kementeriannya bisa menjadi “pagar strategis” untuk memastikan arah investasi berjalan sesuai kepentingan nasional.

Data Bicara: Investasi Domestik Kian Mendominasi

Ucapan Purbaya tak lahir tanpa dasar.

Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi (BKPM), realisasi investasi Indonesia sepanjang Januari hingga September 2025 telah mencapai Rp 1.434,3 triliun.

Angka itu setara 75,3 persen dari target total tahun 2025 yang sebesar Rp 1.905,6 triliun—sebuah pencapaian impresif di tengah dinamika ekonomi global.

Namun, yang paling menarik adalah komposisinya.

Selama sembilan bulan pertama 2025, penanaman modal dalam negeri (PMDN) justru mendominasi dengan nilai Rp 789,7 triliun atau 55,1 persen.

Sementara penanaman modal asing (PMA) tercatat Rp 644,6 triliun atau 44,9 persen.

Data itu seolah menjadi bukti bahwa arah kebijakan pemerintah untuk memperkuat daya saing nasional mulai menunjukkan hasilnya.

Ekonomi Indonesia kini tak lagi berdiri di atas kaki investor asing, melainkan di atas pondasi wirausaha dan modal domestik yang tumbuh cepat.

Membangun Kepercayaan Diri Ekonomi Nasional

Pandangan Purbaya menandai era baru dalam hubungan ekonomi Indonesia dengan dunia luar: Era di mana keterbukaan tetap dijaga, tapi kedaulatan ekonomi menjadi harga mati.

Indonesia, menurutnya, tidak akan menolak kehadiran modal asing, tetapi juga tak akan “menengadah tangan” memohon investasi.

Ia ingin menunjukkan bahwa pemerintah tidak sekadar mengejar angka investasi, melainkan membangun sistem ekonomi yang berdaulat dan berkelanjutan.

“Kalau kue pertumbuhan ekonomi sudah kita ciptakan, mereka (investor asing) pasti datang.

Dan justru dari situ kita bisa percepat pertumbuhan nasional,” ulang Purbaya menegaskan filosofi ekonominya yang berbasis kemandirian.

Dengan nada penuh keyakinan, ia menutup paparannya di hadapan anggota DPD RI.

Indonesia bukan lagi anak kecil yang menunggu dikasih, tapi negara besar yang tahu nilai dirinya di tengah arus modal global.

Dan sore itu, di ruang rapat yang semula tegang, hadirin seolah sepakat bahwa pesan Purbaya bukan sekadar soal investasi melainkan tentang harga diri ekonomi sebuah bangsa. (Sumber, TribunTrends)

Bagikan:

Tinggalkan Komentar

error: Jangan Suka Copy Punya Orang, Jadilah Manusia Yang Kreatif!!