Cinta yang Tak Pernah Pensiun

Cinta yang Tak Pernah Pensiun
  Akurat Mengabarkan
Penulis
|
Editor
Bagikan:
KBBAceh.News | Banda Aceh – Pagi itu, matahari baru saja menampakkan wajahnya di balik bukit. Udara masih lembab, dan embun belum sempat kering di ujung daun. Aku dan istriku melangkah perlahan menuju suatu tempat, menikmati pagi tanpa terburu-buru. Di tengah perjalanan, pandangan kami tertuju pada sepasang suami istri yang sudah tua. Rambut mereka memutih, langkah mereka tak lagi tegap, tapi tangan mereka masih erat bergandengan. Sesekali tawa kecil pecah di antara keduanya, entah karena cerita masa lalu, atau sekadar candaan sederhana yang hanya mereka berdua mengerti.
Aku menatap pemandangan itu dalam-dalam, lalu berkata pada istriku,
“Lihatlah mereka… kelak, kita harus seperti itu. Menjadi sepasang merpati yang tetap jatuh cinta setiap hari, meski sayap sudah renta dan langkah sudah lambat.”
Ia tersenyum, dan di balik senyum itu, aku melihat harapan.
Cinta yang sejati bukan sekadar kisah tentang masa muda, bukan hanya tentang bunga dan puisi, bukan juga tentang kecantikan atau kekuatan fisik. Cinta sejati adalah tentang kesetiaan yang tumbuh bersama waktu, tentang tawa yang tetap berbunyi di antara keriput, tentang hati yang tak pernah berhenti memilih orang yang sama meski dunia berubah warna.
Pasangan tua itu mengajarkan kami sesuatu: bahwa cinta tidak pensiun. Ia hanya berubah bentuk—dari romansa yang berapi-api menjadi ketenangan yang menentramkan. Dari genggaman yang hangat menjadi sandaran yang kokoh. Dari “aku mencintaimu” yang sering diucapkan, menjadi “aku masih di sini bersamamu” yang diwujudkan dalam kesetiaan.
Mereka tak peduli orang lain melihat atau menertawakan. Dunia seakan milik mereka berdua, sebab memang demikianlah cinta sejati bekerja—ia menciptakan dunia kecil yang hanya dipahami oleh dua hati yang saling menjaga.
Dan aku pun berjanji dalam hati:
Bahwa setiap langkah kami akan menjadi perjalanan menuju kebahagiaan yang sederhana tapi abadi. Bahwa setiap tawa akan menjadi doa agar cinta ini tidak lekang oleh waktu.
Karena pada akhirnya, cinta bukan tentang siapa yang paling muda, tapi siapa yang paling mampu bertahan.
Bukan tentang berapa lama kita bersama, tapi tentang bagaimana kita tetap saling menggenggam meski waktu telah melemahkan segalanya.
Sebagaimana sepasang merpati yang selalu pulang ke tempat yang sama—cinta sejati selalu tahu ke mana harus kembali: ke hati yang tak pernah berhenti mencintai.  (By Dr. Khairuddin, S.Ag,. MA)
Bagikan:

Tinggalkan Komentar

error: Jangan Suka Copy Punya Orang, Jadilah Manusia Yang Kreatif!!