By Dr. Khairuddin MA
Tapaktuan, KBBAceh.news – Di suatu sore menjelang Maghrib, ketika hati berbisik menuntun jiwa, terbersit dalam benak saya sebuah pertanyaan mendalam. Saat kita menatap langit yang luas, mendengar suara ombak yang tak pernah lelah, melihat bayi tersenyum tanpa dosa, atau sekadar mengamati bunga yang perlahan mekar di pagi hari, hati ini seolah tak bisa diam. Ada bisikan lembut yang muncul dan bertanya:
“Siapa yang menciptakan semua ini?”
Pertanyaan itu bukan sekadar rasa ingin tahu. Ia adalah panggilan fitrah.
Panggilan agar kita sadar: bahwa di balik segala keindahan ini, ada Yang Maha Indah.
Bahwa di balik semua keteraturan ini, ada Yang Maha Mengatur.
Bahwa di balik kehidupan yang bergerak dan berubah, ada Yang Maha Hidup, Yang Tak Pernah Berubah.
Itulah Allah. Dia yang Maha Ada (al-Wujud).
Namun sayangnya, manusia sering tertipu oleh dirinya sendiri.
Ketika sedikit ilmu diraih, sedikit pujian datang, atau sedikit harta ditumpuk, manusia bisa lupa.
Lupa bahwa langit tak dibentangkan oleh ilmunya.
Laut tak bergelombang karena kekuatannya.
Dan bayi tak bisa tersenyum karena jasanya.
Kesombongan itu bukan karena kita terlalu besar. Tapi karena kita lupa betapa kecilnya kita di hadapan Allah.
Coba bayangkan, bumi saja hanyalah titik kecil di galaksi, dan kita hanya sebutir debu di atasnya. Lalu siapa kita ini, jika bukan hamba yang seharusnya tunduk?
Kesadaran diri bukan melemahkan kita. Justru ia yang mengangkat kita.
Karena saat kita sadar bahwa semua ini milik Allah, kita akan berhenti merasa paling tahu, paling benar, paling mampu.
Kita akan lebih banyak bersyukur, lebih rendah hati, dan lebih ringan jiwa.
Maka, saat hati mulai takjub oleh ciptaan-Nya, jangan hanya berhenti pada keindahan itu.
Lanjutkan dengan doa kecil,
“Ya Allah, jadikan aku hamba yang tidak lupa bahwa Engkau yang menciptakan semuanya, termasuk diriku yang lemah ini.”
Dan saat kita mulai ingin membanggakan diri, ingatlah:
Langit tetap membentang meski tanpa pujian manusia, Matahari tetap terbit, tanpa perlu diundang, Bunga tetap mekar, meski tak ada yang menontonnya.
Lalu, siapa kita… kalau bukan ciptaan yang seharusnya bersujud ? Allahu Akbar. (Red)