By Dr. Khairuddin, S.Ag,. MA
KBBAceh.News | Tapaktuan – Ada yang istimewa dari 1 Muharram. Bukan hanya karena ia menandai pergantian tahun dalam kalender Hijriyah, tapi karena ia adalah panggilan lirih untuk sebuah perjalanan panjang: Hijrah. Sebuah perpindahan bukan dari kota ke kota, bukan dari tempat ke tempat, tapi dari jiwa yang lama—menuju diri yang baru. Dari gelap—menuju cahaya. Dari kosong—menuju makna.
Di tengah gemuruh dunia yang penuh pamer dan bising, mungkin hijrah hari ini bukan tentang sorotan, tapi tentang kesunyian. Tentang memutuskan untuk bangun malam, sementara yang lain masih tertidur. Tentang menahan amarah, padahal lidah sudah siap melawan. Tentang menolak sogokan kecil, meski dompet sedang kosong. Tentang meluruskan niat, walau tak ada yang tahu.
Hijrah hari ini seperti menanam pohon di tanah yang kering. Orang tidak akan langsung melihat hasilnya. Tak akan langsung muncul buah. Bahkan, terkadang, kau sendiri pun ragu: apakah biji itu masih hidup di dalam tanah?
Tapi begitulah hijrah. Ia butuh sabar. Ia butuh yakin. Ia butuh ketulusan.
Sama seperti rembulan yang setia menanti giliran bersinar, hijrah juga mengajarkan kita tentang waktu. Tidak semua orang harus tahu bahwa kita sedang berubah. Tidak semua orang harus percaya bahwa kita ingin menjadi lebih baik. Tapi Allah tahu. Itu cukup.
Muharram adalah saksi pertama atas ketulusanmu. Ia mencatat air mata di sepertiga malam yang tidak kau pamerkan. Ia mengingat tiap doa yang tak bersuara, namun begitu nyaring di langit. Ia menyimpan tiap usaha kecil yang mungkin disepelekan orang lain, tapi sangat mulia di sisi Tuhan.
Jika hidupmu hari ini masih tampak biasa, tak mengapa. Tak semua perjuangan harus bersuara. Tak semua perubahan butuh tepuk tangan.
Terkadang, yang paling besar justru yang tidak terlihat.
Maka teruslah berjalan, meski perlahan. Teruslah memperbaiki, meski tak sempurna. Teruslah berdoa, meski belum dikabulkan.
Karena sejatinya, 1 Muharram bukan tentang mengganti kalender, tapi tentang mengganti arah.
Bukan tentang apa yang telah kau capai, tapi tentang ke mana kau kini ingin melangkah.
Selamat Tahun Baru Hijriyah. Semoga langkah hijrahmu, yang sunyi dan tak dikenal itu—membawamu ke tempat paling terang dalam hidup: Ridha Allah.
“Seperti malam yang sunyi tapi setia menyimpan rembulan, begitulah hijrah yang tak dilihat orang, tapi sangat dihargai Tuhan.” (Red)