Banda Aceh, KBBAceh.news — Suasana kehangatan dan semangat kebersamaan kembali terasa di kalangan masyarakat Samadua, Kabupaten Aceh Selatan, dalam sebuah pertemuan silaturrahmi yang berlangsung di H.O.C.O House Coffee Banda Aceh pada Jumat 18 April 2025.
Pertemuan ini mengangkat kembali semangat kolektif yang pernah hidup kuat pada era 1980-an, di mana masyarakat Samadua dikenal saling mendukung terutama dalam bidang pendidikan anak-anak daerah. Dalam kegiatan tersebut, berbagai tokoh masyarakat turut hadir dan menyampaikan pandangan serta harapan untuk membangun kembali ikatan kekeluargaan dan sistem pendukung yang selama ini mulai memudar.
Drs. Munir, salah satu pengawas IKSAS (Ikatan Kekeluargaan Samadua Aceh Selatan), mengajak semua pihak untuk kembali menghidupkan semangat gotong royong yang pernah menjadi kekuatan Samadua di masa lalu. “Hidupkan kembali iuran dan silaturrahmi sesama orang Samadua di Banda Aceh. Ini bukan soal uang, tapi rasa memiliki dan menjaga satu sama lain,” ungkapnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Haizir menyuarakan kerinduan akan masa lampau. “Semakin terasa rindu suasana tahun 80-an. Saat itu, kita saling peduli tanpa diminta. Rasa itu yang harus kita cari kembali,” tuturnya.
Acara tersebut dihadiri seniman nasional Rafli Kande turut memberi warna dalam forum tersebut. Dengan gaya khasnya, Rafli menyampaikan pesan yang mengena, “Kecilkan sinyal Wi-Fi, perbesar sinyal hati.” Pesan tersebut mengajak generasi muda Samadua untuk tidak larut dalam dunia digital dan mulai membangun kembali komunikasi yang bersifat personal dan emosional.
Prof. Darmawi pun menegaskan pentingnya interaksi tatap muka sebagai jembatan memperkuat kekeluargaan. “Semakin banyak kita bertemu, semakin lain rasa yang kita nikmati. Silaturrahmi adalah kekuatan budaya kita,” ujarnya.
Dalam sesi diskusi, Mukhsin Adly menekankan perlunya koordinasi dan konsistensi antar seluruh elemen Samadua. “Komunikasi semua elemen harus lebih kuat dan konsisten. Kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri jika ingin membangun Samadua,” jelasnya.
Salah satu usulan konkret datang dari Eman Jaya yang mengusulkan pembangunan kembali Asrama IKSAS di Banda Aceh. Ia menyebut asrama bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga wadah pembinaan dan pembentukan karakter mahasiswa Samadua.
Tak hanya soal pendidikan dan kekeluargaan, pemberdayaan ekonomi lokal juga menjadi sorotan dalam pertemuan ini. Para tokoh sepakat bahwa potensi ekonomi Kecamatan Samadua sangat besar dan perlu dikomunikasikan secara terstruktur antara masyarakat di kampung dan perantau.
Pertemuan yang berlangsung penuh kehangatan ini menjadi titik awal baru dalam membangkitkan kembali semangat kebersamaan masyarakat Samadua di perantauan. Rencana konkret dan semangat yang dibangun bersama diharapkan menjadi bekal untuk menatap masa depan yang lebih bersatu dan berdaya. (Red)