Kutacane KBBAceh.news | Penanganan Jalan Nasional Kutacane -Medan (Sumatra Utara) oleh PPK 35 BPJN III Wilayah Aceh lamban, diduga pihak Penilik dan Korlap mereka tidak bekerja profesional sesuai tugas dan fungsi (tufoksi) nya.
Pasalnya sejumlah ruas Jalan Nasional Kutacane -Medan batas Sumatra Utara (Sumut) jika sedikit saja turun hujan maka ruas dan badan jalan nasional masih tetap digenangi air. Sehingga menyebabkan para pengendara baik roda dua maupun empat yang melintas sangat terganggu karena mereka tidak nyaman akibat adanya genangan air.
Penelusuran media ini belum lama ini, terhadap berapa ruas badan jalan nasional yang digenangi air terjadi di wilayah kecamatan Bukit Tusam Agara. Warga setempat menuding bahwa pihak BPJN III Aceh diduga sengaja membiarkan genangan air ini, lantaran kondisinya sudah lama sekali tidak adanya perhatian dari pihak BPJN III Aceh. Kemudian para pekerja mereka terlihat memilih-milih lokasi yang hendak dikerjakan. Mereka malah lebih memilih lokasi mana yang mudah untuk dikerjakan saja. Kondisi itu diungkapkan oleh seorang warga kecamatan Bukit Tusam.
Kemudian pada sisi lain, sejumlah pihak pekerja yang menggali endapan material lumpur pada derainase akibat banjir dibeberapa ruas jalan nasional seperti di Desa Kuning 1 kecamatan Bambel, terlihat para pekerja tidak menggali endapan material lumpur sampai ke dasar derainase. Sehingga masih meninggalkan sisa-sisa material lumpur di derainase tersebut . Dan warga setempat sangat khawatir jika musim penghujan tiba, air akan kembali meluap kerumahnya. Karena material lumpur tidak di korek sampai ke dasar. Ujar Marzuki, salah seorang warga setempat.
“Dia menambahkan seharusnya para pekerja tersebut harus di awasi oleh pihak Korlap dan Penilik saat bekerja. Namun sayangnya pihak pengawas jarang sekali turun ke lokasi pekerjaan galian derainase jalan yang sedang dikerjakan itu. Sehingga kita minta kepada pihak BPJN III Aceh, khususnya Korlap dan Penilik harus bekerja profesional sesuai tugas dan fungsi nya (tufoksi) serta tidak melepaskan tanggung jawab terhadap perawatan jalan Nasional Kutacane -Medan. Karena biaya perawatan Jalan Nasional sangat besar yang mencapai miliaran rupiah per tahun.
“Seharusnya Korlap dan Penilik BPJN III Aceh, mereka harus tetap turun kelokasi untuk melihat kondisi jalan nasional, dan membuat derainase (paret). Guna untuk memperlancar aliran air saat hujan. Bukan malah sebaliknya memilih lokasi yang lebih mudah untuk dikerjakan, guna untuk meraup keuntungan secara pribadi maupun kelompok dan golongan tertentu. Tegasnya
Kemudian , Camat kecamatan Bukit Tusam Agara, Hasmi Juhrianto SPd, ketika diminta tanggapan terkait kondisi jalan nasional Kutacane -Medan yang digenangi air kepada media ini mengakui, banyak warga pengguna jalan saat berlalu lintas tidak nyaman. Seharusnya tim Korlap dan penilik jangan lamban untuk menangani ruas jalan nasional yang Digenangi air. Mereka harus sering meninjau ke lapangan. Serta memberikan pengaman dan rambu lalulintas saat bekerja. Supaya jika ada rambu lalulintas maka pengendara mengetahui ada pengerjaan rutin jalan dan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan pengendara.
“Karena jika pihak pengawas jarang sekali turun ke lokasi maka kesannya pihak Korlap dan Penilik BPJN III Aceh mereka bekerja hanya disaat ada Kepala Balai atau Satker saja. Baru mereka baru sibuk turun ke lokasi untuk menangani air yang tergenang di badan jalan nasional. Papar Hasimi selaku Camat yang kerap melihat kondisi jalan nasional saat melintas.
Sementara itu, Sapran, salah seorang warga lainnya, menambahkan janganlah pihak Korlap dan Penilik BPJN III Aceh bekerja disaat ada pihak Balai atau Satker saja terlihat nampak bekerja. Karena informasi nya saat ini pihak dari Balai dan Satker sedang berada di Aceh Tenggara, lantas terlihat pihak Korlap dan Penilik sibuk turun kelokasi melihat kondisi jalan nasional. Seolah olah mereka merasa menangani sumua permasalahan perkerjaan di jalan nasional Batas. (Hidayat)