By Dr. Khairuddin, S.Ag,. MA
KBBAceh.News | Tapaktuan – Ilmu bukan sekadar kumpulan teori dan data. Ia adalah cahaya yang menuntun hati, menghidupkan akal, dan menggerakkan amal. Dalam setiap langkah menuntut ilmu, seorang hamba sejatinya sedang berjalan menuju Tuhannya. Karena itu, menuntut ilmu adalah taqwa—sebab hanya dengan hati yang tunduk dan niat yang suci, ilmu bisa masuk dan menetap.
Banyak orang menempuh pendidikan, namun tak semua menjadi hamba yang bertaqwa. Ilmu yang tak dibarengi dengan kesadaran kepada Allah akan melahirkan kesombongan, bukan kerendahan hati. Maka ketika seseorang berangkat belajar dengan niat yang tulus, ia telah memulai jihad yang suci: melawan kebodohan dalam diri dan menyalakan lentera di tengah gelapnya zaman. Mencari ilmu adalah jihad—karena ia menguras tenaga, pikiran, waktu, bahkan rasa.
Tapi ilmu tidak boleh berhenti di kepala. Ia harus mengalir, seperti sungai yang memberi kehidupan. Maka menyampaikan ilmu adalah ibadah. Setiap kata yang keluar dari lisan seorang guru atau penulis, jika diniatkan untuk kebaikan, menjadi jembatan pahala yang tidak akan terputus, bahkan ketika tubuhnya telah terkubur tanah. Jangan takut menyampaikan kebaikan walau satu ayat. Karena dalam setiap ajaran yang ditanamkan, ada kemungkinan ribuan jiwa akan berubah.
Lebih dari itu, mengulang ilmu adalah zikir. Betapa banyak yang tahu namun lupa. Betapa sering kita mengerti, tapi tidak menghidupi. Dengan mengulang ilmu, kita bukan hanya memperdalam pemahaman, tetapi juga menyiram hati yang mulai kering oleh rutinitas. Seperti zikir yang menjaga hati tetap hidup, mengulang ilmu menjaga ruh tetap menyala.
Bayangkan jika keempat hal itu bersatu dalam hidup seseorang: ia belajar dengan niat bertaqwa, menyampaikan dengan niat beribadah, mengulangnya seperti zikir yang menggetarkan jiwa, dan mencarinya dengan semangat jihad. Maka sungguh, hidupnya bukan lagi biasa. Ia sedang merenda pahala yang sempurna, hari demi hari, hingga akhir hayatnya.
Ilmu itu seperti cahaya matahari. Menuntutnya ibarat membuka jendela rumah kita, menyampaikan ibarat memantulkan sinarnya kepada orang lain, mengulangnya ibarat menjaga jendela tetap bersih agar cahaya terus masuk, dan mencarinya adalah seperti mendaki bukit untuk melihat matahari lebih jelas—terjal, tapi terang.
Karena itu, jangan pernah merasa cukup dengan sedikit ilmu. Dan jangan pernah ragu untuk membaginya. Ilmu yang disimpan akan membusuk, tapi ilmu yang diajarkan akan beranak pinak. Mari sempurnakan langkah kita di jalan ilmu—karena di sana, ada pahala yang terus mengalir bahkan saat kaki tak lagi melangkah.
“Ilmu adalah cahaya yang tak pernah padam. Siapa yang mencarinya dengan taqwa, menyampaikannya dengan ibadah, mengulangnya dengan cinta, dan memperjuangkannya dengan sabar, ia sedang menulis sejarah hidupnya dengan tinta pahala yang abadi.” (Red)