Takengon,KBBACEH.news-Untuk menghindari terjadinya potensi kebakaran hutan dan lingkungan khususnya di daerah dataran tinggi Gayo kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, mahasiswa Gajah Putih Pecinta Alam (MAHAGAPA) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan agar terhindar dari musibah kebakaran di musim cuaca ekstrim ini.
Hal tersebut disampaikan Kader Mahasiswa Gajah Putih Pecinta Alam (MAHAGAPA). Hadi Rindiani, yang akrab disapa Gaharu “ kepada KBBACEH.news lewat siaran persnya pada Jumat (16/6/23).
“Mari kita bersinergi bersama untuk tetap menjaga lingkungan dengan tidak menggunakan api secara sembrono atau sembarang saja, karena hal itu akan dapat memicu kebakaran, begitu juga dengan kebiasaan membuang sampah sembarang, ” ujarnya.
Sebagai kader Mahasiswa Gajah Putih Pecinta Alam (MAHAGAPA), Hadi mengajak seluruh elemen masyarakat bersinergi untuk menjaga lingkungan. Pasalnya kebakaran hutan dan lahan yang sudah terjadi baru baru ini, tentu dapat dijadikan pelajaran
” Kebakaran di kawasan bur Gayo Kecamatan Laut Tawar, Aceh Tengah pada hari Senin tanggal 12 Juni 2023 lalu, itu terjadi sebanyak 3 titik yakni di kawasan Dedalu, Telpam dan di kawasan Toweren Kabupaten Aceh Tengah, yang masih kawasan lokasi objek wisata,” imbuhnya.
Ia menegaskan, jika setiap orang terbukti dengan sengaja menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lingkungan maka akan dijerat pasal tentang pelaku pembakaran hutan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, isi dalam pasal ini yaitu ” barang siapa yang dengan sengaja melakukan pembakaran hutan akan dikenakan pidana penjara maksimal 15 tahun dan/atau denda maksimal 5 miliar, terangnya.
” Untuk itu ke depan mari sama-sama kita saling menjaga lingkungan, supaya daerah kita terhindar dari musibah kebakaran, karena dengan terjadinya kebakaran di beberapa kawasan yang ada di wilayah Aceh Tengah Provinsi Aceh ini, bisa mengakibatkan terjadinya longsor ketika musim hujan,” timpalnya.
Hal itu terjadi menurutnya disebabkan di daerah yang menjadi lokasi kebakaran hutan tersebut hilang resapan air, di samping itu juga tanpa disadari beberapa fauna yang ada di area hutan alam tersebut hilang dan terancam habitatnya.
” Masyarakat di seputaran pusat kota Takengon sudah mulai mengeluhkan kekurangn air bersih, hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya dikarenakan berkurangnya debit air yang ada di danau lut tawar dan bertambahnya jumlah penduduk di kawasan Kota Takengon, penyebab lain ialah berkurangnya jumlah mata air yang menjadi sumber utama migrasi dari kawasan gunung ke danau Laut Tawar,” rinci Hadi Rindiani.[Hidayat/red]