By Dr. Khairuddin, S.Ag,. MA
KBBAceh.News | Tapaktuan – Bayangkan sebuah taman kecil di tengah gurun yang gersang. Di taman itu, tumbuh bunga-bunga yang rapuh namun indah. Tugas kita sebagai orang tua adalah menjaga taman itu agar tetap subur: menyiraminya dengan cinta, melindunginya dari badai, dan menjaganya dari serangga-serangga perusak. Karena sekali kita abai, bunga itu bisa layu sebelum sempat mekar. Begitulah anak-anak kita.
Di tengah dunia yang terus berubahβdi mana moral dipertukarkan dengan popularitas, dan nilai digantikan oleh like dan followersβkeluarga adalah satu-satunya tempat yang bisa membentengi kepribadian anak-anak kita. Tempat di mana mereka belajar siapa dirinya, siapa Tuhannya, dan untuk apa ia hidup.
Dalam Islam, rumah adalah madrasah pertama. Rasulullah SAW bersabda:
βSetiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.β
(HR. Bukhari dan Muslim)
Anak bukan kertas kosong, tapi lentera kecil yang sudah menyala dengan fitrah ilahi. Tugas orang tua adalah menjaga cahaya itu tetap terang, bukan memadamkannya dengan sikap lalai atau membiarkannya tenggelam dalam gelap.
Rumah, lebih dari sekadar dinding dan atap, adalah benteng pertahanan terakhir. Allah memerintahkan dalam Al-Qurβan:
> ΩΩΨ§ Ψ£ΩΩΩΩΩΩΨ§ Ψ§ΩΩΩΨ°ΩΩΩΩ Ψ’Ω ΩΩΩΩΨ§ ΩΩΩΨ§ Ψ£ΩΩΩΩΩΨ³ΩΩΩΩ Ω ΩΩΨ£ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ Ω ΩΩΨ§Ψ±ΩΨ§…
βWahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api nerakaβ¦β (QS. At-Tahrim: 6)
Pelindung yang Allah maksud di sini bukanlah pagar besi, CCTV, atau lemari makanan yang penuh. Tapi nilai, doa, dan keteladanan.
Kita boleh sibuk bekerja. Kita boleh mengejar dunia. Tapi jangan pernah lupa bahwa wajah kecil yang menyapa kita tiap pagi adalah amanah yang akan kita pertanggungjawabkan. Rasulullah SAW bersabda:
βSetiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.β(HR. Bukhari dan Muslim)
Bukankah banyak anak hari ini yang mencari cinta di luar karena tak menemukan pelukan di rumah? Yang mencari perhatian di dunia maya karena tak mendapat pengakuan dari orang tuanya? Mereka tidak nakal⦠mereka hanya rindu dibimbing.
Ketahanan keluarga bukan tentang seberapa kaya kita, tapi seberapa hadir kita. Apakah kita hadir saat mereka menangis? Apakah kita hadir saat mereka ingin bertanya tentang hidup? Karena tak sedikit rumah megah yang sepi, dan tak sedikit dapur sederhana yang hangat oleh doa dan tawa.
Rasulullah SAW bersabda:
βTidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada pendidikan (akhlak) yang baik.β(HR. Tirmidzi)
Bukan warisan yang membesarkan anak, tapi akhlak yang diwariskan. Bukan uang yang mengangkatnya di hadapan Allah, tapi doa dan bimbingan yang mengantarkannya ke jalan cahaya.
Karena itu, mari kita jadikan rumah kita sebagai kebun cinta dan taman iman. Jadikan lantai rumah sebagai sajadah, dan meja makan sebagai tempat berdiskusi, bukan hanya tempat mengejar waktu. Jadikan kehadiran kita sebagai pelindung, bukan bayang-bayang yang tak bisa dipeluk.
Dan saat lelah mulai mengendap di hati, ingatlah satu doa yang diajarkan Al-Qurβan kepada para orang tua yang mencintai keluarganya dengan segenap jiwa:
Ψ±ΩΨ¨ΩΩΩΩΨ§ ΩΩΨ¨Ω ΩΩΩΩΨ§ Ω ΩΩΩ Ψ£ΩΨ²ΩΩΩΨ§Ψ¬ΩΩΩΨ§ ΩΩΨ°ΩΨ±ΩΩΩΩΩΨ§ΨͺΩΩΩΨ§ ΩΩΨ±ΩΩΨ©Ω Ψ£ΩΨΉΩΩΩΩΩ…
βYa Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati…β
(QS. Al-Furqan: 74)
Karena pada akhirnya, dunia ini boleh berubah, tapi rumah yang penuh iman akan tetap menjadi pelabuhan bagi anak-anak yang lelah mengarungi kehidupan. (Red)