KBBAceh.News | Tapaktuan – Sebuah organisasi ibarat tubuh yang hidup. Ia bernapas dengan kejujuran, bergerak dengan tanggung jawab, dan berdiri tegak karena kepercayaan. Namun ketika satu bagian tubuh mulai berkhianat pada jantungnya, aliran darah kejujuran pun tersumbat. Maka tubuh itu perlahan kehilangan keseimbangannya—dan jatuh, bukan karena musuh dari luar, tetapi karena penyakit yang tumbuh di dalam.
Manajemen bukan sekadar seni mengatur pekerjaan, tapi kebijaksanaan dalam menata hati manusia. Ketika keinginan pribadi mulai menggantikan niat kolektif, maka lahirlah penyimpangan: keputusan yang berat sebelah, laporan yang direkayasa, dan sikap yang pura-pura loyal padahal menyimpan racun di balik senyum.
Di situlah kepercayaan mulai runtuh. Atasan kehilangan hormat, bawahan kehilangan arah. Satu demi satu, api semangat padam oleh asap kecurigaan. Dan akhirnya, organisasi itu seperti kapal megah yang kehilangan nakhoda—berlayar tanpa arah, diombang-ambing ombak ego dan ambisi.
Sikap mementingkan diri sendiri adalah bentuk kecil dari kecurangan besar. Ia seperti rayap di tiang kayu: kecil, tak tampak, tapi menghancurkan pondasi. Orang yang meneng sendiri, tidak profesional, dan bermain di luar garis keadilan, sejatinya sedang menggali lubang untuk dirinya sendiri—dan mungkin juga untuk banyak orang yang bergantung padanya.
Organisasi yang sehat hanya lahir dari kejujuran dan tanggung jawab. Bukan karena pintar berbicara di rapat, tapi karena mampu menepati janji yang diucapkan dalam diam. Bukan karena pandai memerintah, tapi karena tulus melayani.
Maka berhati-hatilah, sebab integritas bukan soal jabatan, melainkan cahaya yang menuntun langkah setiap pemimpin dan pengikut.
Jaga agar cahaya itu tidak padam, sebelum seluruh sistem menjadi gelap—dan tak ada lagi yang bisa mengenali kebenaran dari kebohongan.
(By Dr. Khairuddin, S.Ag,. MA)