KBBAceh.News | Subulussalam – Polemik antar wartawan mencuat di Kota Subulussalam setelah seorang oknum yang mengaku aktivis pers, Syamsul Bahri, menuding dua wartawan berinisial JS dan E.W tidak profesional dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. Syamsul menilai pemberitaan yang dibuat keduanya dianggap telah merusak citra pers.
Kontroversi ini berawal dari publikasi berita berjudul “Suami Istri Kuasai TK Buah Hati Cipare-pare, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam”, yang menyoroti pasangan suami istri di lingkungan TK Buah Hati — sang istri menjabat sebagai kepala sekolah, sementara suaminya, Parno, S.Pd, menjabat sebagai Ketua Komite sekolah tersebut.
Tak lama setelah berita itu tayang, JS dan E.W menerbitkan lanjutan pemberitaan yang memuat klarifikasi langsung dari Parno. Dalam keterangannya, Parno menegaskan bahwa penunjukannya sebagai Ketua Komite merupakan hasil musyawarah bersama antara guru dan wali murid.
“Saya menjadi ketua komite atas hasil musyawarah bersama guru dan wali murid. Mereka menunjuk saya karena menghargai perjuangan saya sejak awal mendirikan TK Buah Hati. Dari awal sekolah ini berdiri sebagai swasta hingga akhirnya diambil alih menjadi sekolah negeri, saya ikut memperjuangkannya,” jelas Parno.
Parno juga menepis tudingan yang menyebut keberadaannya di posisi tersebut bermasalah. Ia menegaskan, proses penunjukannya dilakukan secara terbuka, tanpa paksaan, serta mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah dan para wali murid.
Sementara itu, wartawan JS dan E.W membantah keras tudingan dari Syamsul Bahri yang menilai mereka tidak profesional. Menurut keduanya, pemberitaan yang mereka buat sudah melalui proses konfirmasi dan verifikasi sesuai kaidah jurnalistik.
“Kami merasa tudingan itu sangat tidak berdasar dan jelas merusak citra kami sebagai insan pers,” tegas JS dan E.W kepada wartawan.
Keduanya menegaskan bahwa seluruh informasi bersumber langsung dari pihak terkait, yakni Parno selaku Ketua Komite TK Buah Hati.
“Benar, saya dikonfirmasi langsung oleh saudara JS dan E.W terkait pemberitaan tersebut. Jadi, berita yang mereka tayangkan berdasarkan hasil konfirmasi dengan saya,” ujar Parno, Kamis (30/10/2025).
Lebih lanjut, Parno menyoroti keberadaan oknum berinisial S.B yang disebut turut menyinggung namanya dalam pemberitaan lain. Parno menegaskan bahwa ia tidak pernah dikonfirmasi maupun bertemu langsung dengan S.B.
“Saya tidak pernah dikonfirmasi oleh S.B, bahkan saya belum mengenalnya. Jadi, tidak benar kalau ada pihak yang mengatakan saya sudah memberikan keterangan kepadanya,” ujar Parno menegaskan.
Kasus ini kini menjadi sorotan kalangan media lokal di Subulussalam. Perbedaan sudut pandang dalam pemberitaan seharusnya tidak dijadikan ajang saling menjatuhkan antar wartawan. Sejumlah pihak mengingatkan agar insan pers tetap menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik (KEJ), melakukan verifikasi informasi secara berimbang, serta memberikan hak jawab kepada semua pihak terkait.
Hingga berita ini diterbitkan, Syamsul Bahri belum memberikan tanggapan resmi atas klarifikasi yang disampaikan oleh Parno serta dua wartawan yang disebut dalam polemik tersebut. (Red)