Tapaktuan.KBBAceh.news – Intensitas Hujan yang tinggi dalam dua Minggu terakhir di Kabupaten Aceh Selatan mengakibatkan terjadinya longsor dibeberapa titik yang meninbun aliran sungai di Menggamat, Rabu (19/7/2023).
Adapun perubahan warna air yang keruh disebabkan oleh Longsor yang terjadi karena intensitas Hujan yang tinggi, bukan karena penambangan PT.BMU.
“Warna kekuningan di aliran sungai yang melintasi Desa malaka, Koto, Sawah, padang, mersak, Simpang Dua dan sampai ke desa Simpang tiga sejak Sabtu(14/7/2023) membuat aliran sungai menjadi Keruh,” Ujar Pemerhati Tambang Aceh Selatan, Amir.
Selain itu, Amir menjelaskan Ada beberapa penyebab terjadinya longsor di antaranya adanya beberapa perusahan tambang yang sedang melakuan operasi pertambangan serta adanya Pertambangan Emas Tampa Izin (PETI) yang dilakukan oleh Oknum Masyarakat.
Amir menambahkan berdasarkan keterangan Warga yang telah menelusuri badan sungai dimulai dari Desa Malaka, Koto, Sawah, Padang, Mersak, Simpang ll dan sampai ke Desa simpang lll.
“Hasil penelusuran itu didapat fakta di desa simpang lll kecamatan Kluet Tengah Menggamat terdapat tanah longsor yang menimbun badan sungai,” Kata Amir di Aceh Selatan.
Dari hasil pengamatanya, longsor ini terjadi akibat dari lobang-lobang pertambangan emas tampa izin (PETI) yang amblas sehinga menyebabkan terjadinya longsor sehinga air hujan mengalir melintasi longsor dan masuk kebadan sungai serta membuat sungai menjadi keruh.
Dihubungi terpisah, Hadi (karyawan) PT.Beri Mineral Utama (BMU) mengatakan bahwa benar longsor ini terjadi akibat lobang-lobang Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) yang amblas sehinga masuk kedalam sungai, Kami sudah melakukan Upaya pembersihan lobang-lobang dan material longsor akibat dari penambang tersebut.
Hardi juga mengatakan pihak perusahaan telah melakukan upaya larangan dan memasang palang atau penghalang serta memberikan himbauan agar tidak ada orang yang memasuki wilayah tambang dan melakukan aktifitas tambang tanpa izin namum oknum-oknum masyarakat tersebut tetap melakukan kegiatan penambang baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi dilakukan berkelompok juga perorangan.
Sementara itu, Keucik Malaka, Kamil membenarkan bahwa di desa simpang lll Menggamat ada tanah longsor akibat dari lobang-lobang yang amblas menimbun badan sungai yang bersebelahan dengan perusahaan Tambang BMU yang sedang beraktivitas.
“Longsor tersebut mengakibatkan air keruh mengalir berwarna kuning, ditambah lagi badan anak sungai yang mengalami kedangkalan dibeberapa titik sehingga air tergenang tidak mengalir dengan baik,” Ujar Kamil.
Kamil menjelaskan Hal tersebut terjadi akibat sudah lamanya tidak ada pemeliharaan badan anak sungai, oleh karnanya beberapa perangkat Desa telah menyampaikan permintaan pada pihak perusahaan dan atas keluhan dan permintaan masyarakat ini pihak perusahaan menindaklanjutinya dengan menurunkan alat beratnya sejak kemarin untuk mengeruk badan sungai yang dimulai dari muara sungai di desa malaka.
Dari keterangan dilapangan didapat informasi untuk menormalisasi sungai yang melewati 7 Desa ini dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu untuk alat berat bekerja menguruk badan sungai.
“Semua kita hanya bisa menduga-duga tapi faktanya tentu kita serahkan pendapat dan keterangan dari para ahlinya, Andaikan dialiran sungai yang keruh ini terdapat bahan kimia berbahaya seperti mekuri atau sianida tentu logikanya semua ikan-ikan yang ada didalam sungai itu akan menggelempar mati hanyut terapung,” Kata Tokoh Masyarakat Manggamat yang tidak mau disebutkan namanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Aceh Selatan, Teuku Masrizar, S.Hut, M.Si, mengatakan Pihak Pemerintah sudah turun kelapangan dan mengambil Sampel untuk diperiksa di Laboratorium.(*)